Wednesday, November 2, 2011

Kisah dalam sepotong tahu

Hujan baru saja usai meski gerimis kecil masih tampak turun, namun di sebuah bangunan kuno di jalan sebelas april no 53 tampak antrian panjang. Cuaca yang kurang bersahabat karena bertepatan dengan musim penghujan itu, tidak menyurutkan minat pengunjung untuk berburu oleh-oleh dan makanan khasdaerah. Ya, ditempat itulah Bung Keng perintis tahu sumedang pertama membuka tokonya.
Tidak terlalu sulit mencari lokasi tempat Bung Keng berada, karena letaknya yang hanya beberapa meter dari taman Endog. Dari sinilah cikal bakal tahu sumedang berada dan tetap eksis mengembangkan bisnisnya hingga turun temurun.

Meski disepanjang jalan banyak kita jumpai penjual tahu sumedang -dari pedagang kecil hingga kelas kakap- namun keberadaan Bung Keng tidak dapat terabaikan. Walaupun rumah-rumah produksi tahu banyak bermunculan.


Meskipun terbuat dari bahan yang sama dan cara pengolahannya yang sama pula, tahu buatan Bungkeng rasanya berbeda dengan tahu sumedang hasil buatan produksi lain. Tahu Bungkeng rasanya lebih enak, gurih dan tidak terlalu asin.

Menurut pemilik kedai ini, dalam keluarga besarnya hanya dirinyalah yang berminat meneruskan bisnis keluarga tersebut sementara ke empat saudaranya tidak ada yang mau. Ia adalah generasi ke lima Bungkeng yang menjalankan usaha ini.

Meski diakui bahwa banyaknya rumah produksi yang bermunculan di Sumedang berpengaruh terhadap omzet penjualan. Namun ia optimis bahwa Bungkeng akan dapat bersaing dengan rumah produksi lain. Apalagi tahu buatan Bungkeng tanpa bahan pengawet. Dalam sehari ia bisa menghabiskan tiga ton kacang kedelai lokal. Meskipun pengerjaannya masih dilakukan secara manual, tahu buatan Bungkeng selalu habis terjual. Apalagi menjelang musim liburan sekolah dan hari raya tiba. Hal tersebut dikarenakan Bungkeng yang selalu menjaga cita rasa dan menggunakan bahan baku yang berkualitas baik.

Namun demikian, pemilik kedai tersebut tak tertarik sedikitpun untuk mengembangkan bisnisnya keluar daerah sumedang karena rasanya akan berbeda. Ia pernah mencobanya di Bandung tetapi hasilnya tidaklah sama seperti yang ada di sumedang.

"Air yang digunakan untuk pembuatan tahu sumedang haruslah air yang berasal dari sumedang karena rasanya lebih manis. Sebab jika tidak akan berpengaruh terhadap rasa dari tahu itu," ujarnya.

Itulah sebabnya mengapa tahu yang ada di luar daerah sumedang berbeda rasanya daripada tahu yang ada di kota sumedang.



sumber; Pikiran Rakyat

No comments: